Bismillahirrahmaanirrahiim
Sodara pemirsa
Setiap menjelang Ramadhan, kaum muslimin sering saling bertanya tanya kapan kita mulai berpuasa dan kapan kita berlebaran, para ulama’ para cendekiawan, walau telah sepakat menerima sabda Nabi yang menyatakan “Shummuu liru’yatihi wa aftiruu liru’yatih” (berpuasalah ketika kamu melihat bulan sabit Ramadhan dan berbukalah berlebaranlah ketika kamu melihatnya) Namun, mereka berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan melihat. Melihat dengan mata kepala atau melihat dengan mata hati (perhitungan).
Melihat, apakah dengan mata kepala dengan secara faktual ataukah Melihat, walau tidak terlihat dengan mata kepala tetapi dapat dilihat oleh mata kepala. Akhirnya, tidak jarang kita berbeda dalam berpuasa dan dalam beridul fitri.
Sodara .. satu hal yang perlu kita sadari bersama bahwa banyak bahkan banyak sekali ketentuan ketentuan agama yang berkaitan dengan rincian agama yang sifatnya hanya dugaan. Sehingga bisa jadi ada seorang ulama’ atau cendekiawan memahami sabda nabi dalam suatu makna tertentu dan cendekiawan lain memahaminya dalam makna yang lain karena memang semua itu adalah hasil pemikiran dan dugaan.
Karena itu, seandainya kita menerima secara pasti satu penafsiran maka pastilah kita tidak berbeda dan dari sini semua kita harus memiliki kelapangan dada dan bertoleransi jika terjadi perbedaan pada waktu awal waktu puasa dan pada waktu hari lebaran.
yang penting, sodara… kita tulus melaksanakan ajaran agama dan tuntunan Allah serta tuntunan Rasulnya. Hal lain yang hendaknya kita dapat pikirkan dan renungkan bersama adalah apakah kita dapat menemukan jalan keluar agar kita selalu memulai puasa kita bersama sama dan berlebaran bersama sama pula. Sudah ada upaya upaya dari pada cendekiawan dan ulama’ untuk mengusulkan suatu jalan keluar misalnya seperi apa yang diusulkan Organisasi Konferensi Islam waktu mereka bertemu bersidang di Turki. Mereka berkata dimanapun bulan terlihat di seluruh penjuru dunia ini maka di penjuru lainnya selama ketika dilihat itu masih ada secercah malam maka di penjuru lainnya itu mereka boleh untuk berlebaran bersama.
Sodara… itu jalan keluar tapi belum semua lagi kita menyepakati hal hal tersebut. yang ingin kita garis bawahi dari bulan adalah
Bulan adalah ibarat perjalanan manusia dia bermula tidak nampak kecil sampai akhrnya purnama lalu sedikit demi sedikit menurun. Sodara.. itulah kehidupan kita, tadinya kita tidak ada. Kita lahir kecil remaja dewasa dan akhirnya kita menurun dan wafat
Sumber: Mutiara Hati 21 Juli 2012
0 comments:
Posting Komentar