Mungkin di antara anda ada yang pernah mendengar cerita ini. Pada suatu masa, terdapatlah sebuah desa kecil yang indah. Namun, di balik keeleokkannya yang mempesona, desa ini menyimpan sebuah masalah yang cukup pelik. Karena pada musim kemarau, desa ini selalu mengalami kesulitan air bersih. Sementara sumber air bersih terdekat untuk desa tersebut adalah sebuah danau yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari desa dan berada pada ketinggian.
Nah, untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkepanjangan, maka para tetua adat memutuskan untuk menawarkan kontrak bagi siapa saja yang mampu menyelesaikan masalah perairan ini. Siapa saja, yang dapat memasok kebutuhan air desa secara kontinyu. Melalui penawaran terbuka ini diharapkan akan muncul sebanyak mungkin calon-calon pemasok air bagi desa tersebut. Karena para tetua adat sadar, bahwa hanya melalui persaingan, harga air dapat ditekan serendah mungkin dan kontinuitas pasokan dapat lebih terjamin.
Singkat kata, muncullah 2 orang yang mengajukan diri sebagai pemasok air untuk desa mereka tercinta. Joko dan Santoso. Si Joko, begitu mendapat kontrak langsung membeli 2 buah ember. Dan segera berlari bolak-balik menyusuri jalan setapak yang menghubungkan desa dengan danau. Dan dengan sesegera itu pula ia dapat menghasilkan uang setelah ember-ember kecilnya menuangkan air ke bak penampungan air di desanya. Joko menjalani rutinitasnya setiap hari. Dari pagi buta hingga petang menjelang. Capek memang. Tapi ia bahagia, karena mampu menghasilkan uang yang memang sangat ia butuhkan.
Sementara si Santoso, begitu mendapat kontrak malah menghilang selama beberapa waktu. Semua orang mengira Santoso telah berubah pikiran. Mungkin Santoso merasa tidak sanggup bersaing dengan Joko. Semua orang memvonis Santoso sebagai oportunis sejati. Namun ternyata, setelah 6 bulan berselang, si Santoso muncul dengan serombongan pekerja bangunan plus seabrek peralatan dan bahan bangunan. Si Santoso muncul dengan wajah penuh optimisme. Dan pada saat para pekerja Santoso mulai sibuk bekerja, si Santoso mengumumkan kepada seluruh warga desanya bahwa:
- Ia telah menggandeng beberapa investor untuk mendanai rencananya
- Ia akan memasok air untuk desanya secara non stop. 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (sementara si Joko hanya mampu bekerja 12 jam per hari dan libur/istirahat akhir pekan)
- Ia menjamin bahwa air pasokannya jauh lebih bersih (tidak bercampur keringat dan kotoran lainnya)
- Ia akan memberikan harga 50% lebih murah dibandingkan pemasok yang sudah ada
Dua bulan kemudian, Santoso mengundang semua warga desa untuk menghadiri peresmian saluran air bersih yang baru saja selesai dibangun. Sebuah saluran sederhana yang menghubungkan danau dengan bak penampungan air desanya. Saluran yang akan mengucurkan air bersih secara terus menerus. Non Stop.
Melihat perkembangan situasi yang tidak menguntungkan ini, Joko jelas tidak mau kalah bersaing. Ia membeli ember-ember lebih besar. Dia juga menambahkan penutup pada ember-embernya. Dan untuk memperpanjang pasokan, Joko mempekerjakan kedua putranya untuk membantunya. Untuk memasok air pada malam hari dan akhir pekan. Namun bisnis Joko tetap kelimpungan. Joko sendiri mulai sakit-sakitan. Dan pada akhirnya anak-anak Joko memilih bekerja ke luar daerahnya. Akhirnya Joko merekrut tenaga pemikul air dan memberikan diskon bagi para pembeli airnya. Tetapi lagi-lagi masalah menerpa. Setelah beberapa waktu berjalan, kuli-kuli pengangkut air Joko mulai menuntut hak lebih besar. Dan Joko pun semakin terjepit.
Di lain pihak, sadar jika desanya selalu membutuhkan pasokan air bersih. Maka pasti desa-desa lain di sekitar desa Santoso juga memerlukannya. Maka Santoso pun menulis ulang rancangannya dan kemudian pergi menjual rancangan tersebut ke desa-desa lain. Sebuah rancangan sederhana yang mampu mengalirkan air bersih secara non-stop dengan kecepatan tinggi, debit yang besar dan dengan biaya yang murah ke seluruh desa. Di dunia! Memang Santoso hanya mendapatkan beberapa rupiah untuk setiap meter kubik setiap minggunya! Sulit rasanya membayangkan berapa keuntungan yang telah dan akan terus Santoso raih. Disadari atau tidak, rupanya si Santoso telah membangun saluran pipa yang mengalirkan uang bagi dirinya setiap saat!
Cerita di atas telah dengan demikian jelas menggambarkan bahwa sebuah situasi dapat menempatkan 2 orang pada sisi yang berbeda. Bergantung pada dimana atau dengan cara apa orang-orang tersebut meraih penghasilannya. Joko lebih memilih mendapat penghasilan dengan bekerja keras sepanjang waktu. Sementara Santoso memilih berpenghasilan melalui sebuah usaha, pada lahan yang sama dengan Joko.
-Manajemen Wirausaha Informatika- PIKTI-ITS
0 comments:
Posting Komentar