Dalam sebuah surat yang ditulis oleh seorang suami yang sangat bahagia kepada mertuanya, surat yang menggambarkan kehidupannya bersuami istri dengan anakknya ia berkata:
“Ayah…! Saya sangat berterima kasih kepadamu karena telah membahagiakanku dengan menikahkanku dengan anakmu. Anakmu adalah seorang istri yang tidak akan pernah merasa disakiti, bagaimanapun kerasnya sikapku kepadanya. Ia selalu tulus dan menghabiskan waktunya untuk melayaniku. Setelah melewati tahun-tahun panjang ini, hidup jauh dari keluarga dan tanah air, saya tidak pernah merasa kesepian, karena ia telah berhasil membuat kehidupan saya selalu memberikan warna baru. Ia selalu membantu saya untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban agama.
Saya sangat berterima kasih kepadamu Ayah, karena telah mendidiknya dengan baik. Bagaimanapun saya memujinya, tidak membuatnya lupa diri. Ia mendidik anak-anaknya, sebagaimana anda telah mendidiknya. Ia mendidik mereka agar menjadi generasi yang saleh, dan agar menjadi pejuang dan pemimpin di masa depan. Ia telah berhasil menggabungkan antara kerja dunia dengan kerja akhirat tanpa mengabaikan salah satu dari keduanya. Saya sungguh bahagia menikah dengannya sebagaimana ia juga ia merasa bahagia dengan pernikahan kami dan saya berharap semoga kalian juga bahagia. Ia sangat memperhatikan anak-anaknya, selalu menemani mereka, memperhatikan makanan, pakaian mereka dan juga tidur mereka. Ia selalu memberikan hadiah kepada mereka ketika mereka berhasil dalam ujian.
Para tetangga juga sangat mencintainya karena ia sangat memperhatikan kebahagiaan dan kesedihan mereka. Ia selalu memberikan hadiah kepada mereka dalam berbagai kesempatan. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk bagiku untuk menikahinya.
Saya pernah didatangi oleh seseorang yang menjadi teman bisnis saya dengan membawa sesuatu untuk menyogok saya sambil berkata: ‘ini hadiah untukkmu!’ Istri saya yang mengetahui itu berkata kepadanya: ‘Apakah jika anda tidak mempunyai hubungan bisnis dengan suamiku, akan tetap memberikan hadiah ini?’
Laki-laki tersebut terkejut dengan jawaban dari istriku. Dan dengan sebab itu ia berandai-andai, kalau saja istrinya ikut datang bersamanya dan bertemu istriku.
Setelah satu tahun berlalu, laki-laki tersebut meminta saya untuk bekerja untuknya. Selama saya bekerja dengannya, ia telah menunjukkan banyak perubahan dari yang selama ini kukenal. Ia bahkan selalu mendorongku untuk mengeluarkan zakat dan memperbanyak shadaqah.
Saya menulis surat ini, dan air mata menetes karena haru dan bahagia, karena kecintaanku yang hakiki terhadap kalian dan semua orang yang telah ikut mendidik istriku.
Saya cukupkan sampai sini, karena jika saya menceritakan semua kebaikannya, maka saya akan menghabiskan berjilid-jilid buku dan saya akan menghabiskan waktu yang panjang. Oleh sebab itu, saya cukup dengan menuliskan bagian kecil ini dan dengan menyederhanakan kehidupan wanita shalihah dan istriku yang beriman ini, dengan penghargaan yang tulus kepada semua yang ikut mendidiknya dan yang telah membuat saya bahagia menikah dengannya.”
Sumber: Menggapai Bahagia di Taman Surgawi
0 comments:
Posting Komentar