“Anakku…! Kamu akan menghadapi kehidupan baru, dimana ibu, ayah dan saudara-saudaramu tidak lagi bersamamu. Di sana kamu akan menjadi teman bagi suamimu yang tidak ingin kamu menduakannya dengan orang lain termasuk dengan darah dagingmu sendiri.
Jadilah istri sejati baginya dan ibu sejati bagi anak-anaknya. Buatlah supaya ia merasa bahwa kamu adalah segalanya dalam hidupnya dan dalam dunianya. Ingatlah selalu bahwa anak laki-laki manapun adalah ‘anak kecil’, yang dengan sedikit kalimat yang indah saja dapat membuatnya bahagia. Jangan pernah merasa bahwa dengan menikahimu, ia telah menjauhkanmu dari keluarga dan kerabatmu, karena perasaan seperti ini ia juga rasakan. Akan tetapi, perbedaan antara kamu dengan suamimu, adalah perbedaan antara seorang laki-laki dengan perempuan dalam menyikapi perasaan tersebut. Seorang perempuan pasti akan merasa rindu dengan keluarga dan rumah dimana ia lahir, hidup, tumbuh dan diasuh di dalamnya. Akan tetapi seorang perempuan harus kembali kepada kehidupan barunya dan harus menyesuaikan kehidupannya dengan kehidupan laki-laki yang telah menjadi suami, pengasuh, pelindung dan telah menjadi Bapak dari anak-anaknya. Inilah dunia barumu.
Anakku…! Ini adalah masa sekarang dan masa depanmu. Ini adalah keluargamu yang kamu dan suamimu bersama-sama membangunnya. Adapun ayahmu telah lewat waktunya. Bukan berarti saya memintamu untuk melupakan ayah, ibu, dan saudara-saudaramu, karena mereka tidak pernah melupakanmu selamanya. Bagaimana mungkin kamu melupakan seorang ibu yang merupakan belahan jiwamu. Akan tetapi saya memintamu agar mencintai suamimu dan hidup untuk suamimu dan agar kamu membahagiakannya dengan hidupmu bersamanya.”
sumber: Menggapai Bahagia di Taman Surgawi
0 comments:
Posting Komentar